Translate

Senin, 01 Agustus 2011

Rock Climbing

Rock Climbing
Rock Climbing
Rock Climbing adalah olah raga fisik dan mental yang mana selalu membutuhkan kekuatan, keseimbangan, kecepatan, ledakan-ledakan tenaga yang didukung dengan kemampuan mental para pelakunya. Ini adalah kegiatan yang sangat berbahaya dan dibutuhkan pengetahuan dan latihan. Olah raga ini juga menggunakan alat-alat panjat yang sangat krusial dan rawan, tetapi dengan teknik dan pengetahuan yang benar, olah raga ini sangat aman untuk dilakukan.
Teknik Dasar Pemanjatan / Rock Climbing 
1. Face Climbing 
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau ronggayang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula biasanya mempunytai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian berat badannya padapegangan tangan, dan menempatkan badanya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaanyang salah. Tangan manusia tidak bias digunakan untuk mempertahankan berat badan dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan. Kecenderungan merapatkan berat badan ke tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini memberikan peluang untuk tergelincir.Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.
2. Friction / Slab Climbing 
Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Inidilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh denganmembebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik. 
3. Fissure Climbing 
Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut.
 Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah sehinggaseolah-olah menyerupai pasak.
 Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar (chomney). Badan masuk diantara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempelpada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas bersamaan dengankedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan. 
Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
 Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miringsedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.
 
Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat :
Free Climbing
Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalahdiri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar. Padafree climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam  pelaksanaanya  ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.
Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si pendaki benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri. Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau pergerakan pada ruteyang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan,baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan freesoloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.
Atrificial Climbing
Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor, stirrup, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai.

Sistem Pendakian
  1. Himalaya Sytle
Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Sistem ini berkembang pada pendakian-pendakian ke Pegunungan Himalaya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh team, berarti pendakian itu sudah berhasil untuk seluruh team.
  1. Alpine Style
Sistem ini banyak dikembangkan di pegunungan Eropa. Pendakian ini mempunyai tujuan bahwa semua pendaki harus sampai di puncak dan baru pendakian dianggap berhasil. Sistem pendakian ini umumnya lebih cepat karena para pendaki tidak perlu lagi kembali ke base camp (bila kemalaman bias membuat fly camp baru, dan esoknya dilanjutkan kembali).

Teknik Turun / Rappeling
Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang sepenuhnya bergantung dari peralatan.
Prinsip rappelling adalah sebagai berikut :
1.Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
2.Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
3.Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan.
Macam-macam dan Variasi Teknik Rappeling
  1. Body Rappel
Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupa pada badan. Pada teknik ini terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yangterkena gesekan akan terasa panas.
  1. Brakebar Rappe
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali, dan brakebar. Modifikasi lain dari brakebar adalah descender (figure of 8). Pemakaiannya hampir serupa, dimana gaya gesek diberikan pada descender atau brakebar
  1. Sling Rappel
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini paling banyak dilakukan karena tidak memerlukan peralatan lain, dan dirasakan cukup aman. Jenis simpul yang digunakan adalah jenis Italian hitch.
  1. Arm Rappel / Hesti
Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan. Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam.Dalam rapelling, usahakan posisi badan selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan terlalu cepat turun. Usahakan mengurangi sesedikit mungkin benturan badan padatebing dan gesekan antara tubuh dengan tali.
Sebelum memulai turun, hendaknya :
1.Periksa dahulu anchornya.
2.Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang dipergunakan.
3.Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan bahwa tali sampai ke bawah (ke tanah).
4.Usahakan melakukan pengamatan sewaktu turun, ke atas dan ke bawah, sehingga apabila ada batu atau tanah jatuh kita dapat menghindarkannya, selain itu juga dapat melihat lintasan yang ada.
5.Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut carabiner atau peralatan lainnya.

Peralatan Pemanjatan
 
1.      Tali Pendakian
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkanjenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapatberkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10-11 mm, tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.Ada dua macam tali pendakian yaitu :
•Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali staticdigunakan untuk rappelling.
•Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok (merah, jingga, ungu).
2.      Carabiner
Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang berfungsi seperni peniti.
Ada 2 jenis carabiner :
•Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman).
•Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)
3.      Sling
Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :- sebagai penghubung- membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point- Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
4.      Descender
Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau rappelling.
5.      Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.
6.      Harnes / Tali Tubuh
     Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis harnes :
Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.
7.      Sepatu
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
•Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-cleah.
•Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocokdigunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8.   Anchor (Jangkar) 
   Alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada achor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :
Natural Anchor, bisa merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.
•Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebingoleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain
 Mengetahui perbedaan antara; nuts dan cams, friends dan carabiner, dan lainnya

Belay Device (Peralatan untuk Belay)
Belay Device adalah peralatan untuk menahan tali saat pemanjatanagar pemanjat tidak terjatuh. Banyak jenis yang biasa dipakai,yang paling sering dipakai adalah ATC, Figure 8, dan Grigri.
Cam atau Friends
Spring Loaded Camming Device (SLCD) atau biasa disebut cam atau friends adalah peralatan proteksi pemanjatan yang fenomenal,diciptakan oleh Ray Jardine seorang aerospace engineer yangsenang manjat pada tahun 1973. Jika ditarik, ujungnya akan mengecil sehingga mudah dimasukkan ke celah tebing. Jika dilepas ujungnya akan mengembang memenuhi celah tebing. Cam tersedia dalam beberapa ukuran disesuaikan dengan lebar celah tebing.

Carabiner
Ada banyak jenis carabiner, setiap jenis memiliki fungsi tersendiri dalam pemanjatan.
Carabiner HMS memiliki kunci (screw) sebagai pengaman, dipakai sebagai anchor pada top roping dan juga dipakai oleh belayer.
Carabiner D atau Oval dan Snap (Snapring) digunakan untuk keperluan lain seperti untuk dipakai bersama dengan cam dan draw.
Quickdraw atau Runner Adalah pasangan webbing atau sling dengan dua buah carabiner jenis snapring, dipakai sebagai alat proteksi di tebing.

Hexes
Adalah pasangan sling dengan tabung alumunium (titanium) segi enam. Berfungsi sama dengan cam, berharga lebih murah, tetapi lebih sulit dalam penempatannya di celah tebing. Seperti cam. hexes tersedia dalam beberapa ukuran.

Nuts
Nuts adalah peralatan proteksi yang paling banyak dipakai olehpemanjat tebing, fungsinya sama dengan cam dan hexes dengan harga lebih murah.

Tricams
Adalah peralatan proteksi pemanjatan, walaupun berbeda bentuk tetapi fungsinya sama dengan nuts. Pemakaiannya relatif sulit, tidak dianjurkan dipakai untuk pemula.

Prosedur Pemanjatan

Tahapan-tahapan dalam suatu pemanjatan hendaknya dimulai dari langkah-langkah sebagai berikut
·  Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
·  Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
·   Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa, agar mudah untuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membuka lintasan yang akan dilalui oleh dirinya sendiri dan pendaki berikutnya.
Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat (tali yang akan dipakai). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankan leaderbila jatug. Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun memperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.
·         Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba pendakian.
·         Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harusmemasang achor.6.Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagaibelayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.
 

0 komentar:

Posting Komentar